Iya ampun ampun, gue udah jarang nulis ampuuuuuuuuuuun maaaaaak, ampuuuuuuuun…
Jadi gue harus beri alasan yang logis kenapa gue jarang ngeblog? Oke, hmmm sayangnya alasannya GAK ADA! GAK ADA!! huhuhuhuhu *sambil nangis histeris.
Gue lagi gak sibuk kuliah karena baru masuk. Gue gak ikut demo di kampus karena gue mahasiswa cemen. Gue juga gak lagi sibuk nulis buku karena buku gue udah tinggal 10 persen lagi rebes.
Jadi? Iya gue lagi gak jelas. Susah rasanya menulis. Tangan jadi kaku. Otak gue beku. Alhasil gue jadi gunting kuku. (???)
Ini mungkin yang dinamakan fase hiatus, sepertinya gue butuh bersemedi di gua Hiro untuk mendapat pencerahan.
Oke, sebenernya banyak banget kejadian yang pengen gue ceritain. Dari urusan kuliah, kerjaan, keluarga, sampai hal kecil yang sebetulnya menarik untuk didiskusikan. Tapi mungkin gue mulai dari yang paling epic.
***
Gue. Sekarang. Punya. Anjing.
Mungkin untuk sebagian orang, ini merupakan hal biasa. Iya biasa. Anjingnya juga biasa aja. Cokelat. Pendek. Bau. Kakinya empat. Mukanya kayak anjing.
Gak ada istimewa-istimewanya.
“Tapi kok lo pelihara Chy?”
Iya, ada unsur ketidaksengajaan. Akhir-akhir ini rumah gue sering ditumpangi hewan-hewan liar. Awalnya, seminggu pertama 1 kucing numpang tidur di teras. Minggu kedua kucing itu bawa pacar. Minggu ketiga pacarnya hamil. Minggu berikutnya kucingnya melahirkan di rumah gue. Minggu selanjutnya dia nenteng anaknya 3 biji. Kucing jaman sekarang hidupnya seperti sinetron.
Nah, sejak saat itu, tiba-tiba jadi ada 12 kucing yang datang setiap harinya!
Padahal gue gak pernah ngasih makan. Gue sangat ekspert dengan dunia kucing. Gue gak bego. Kucing itu cinta sama rumah. Sekalinya dia dikasih makan, pasti dateng terus. Kebetulan tukang sayur komplek udah ngasih makan tiap pagi, jadi gue gak perlu repot-repot.
Gue gak pernah beli kucing, tapi gue selalu pelihara kucing. Dari kecil, rumah gue selalu jadi tempat berteduh para kucing liar. Gue gak tau kenapa. Kecuali waktu gue di Maryland dulu, di sana gak ada kucing liar. Adanya tupai. Sejak tupai-tupai dan para kelinci liar bikin sarang di depan rumah, gue menyadari bahwa ada sisi aneh dalam diri gue. Hewan liar diam-diam membuntuti gue *tatapan mistis*
Awalnya gue santai aja dibuntuti kucing kemana-mana. Tapi, dua minggu yang lalu, rumah gue tidak hanya didatangi kucing, cicak, lalat, tikus, kupu-kupu, semut, tapi juga anak anjing!
Menurut gue, menemukan anjing cebol liar yang lumayan bersih, keliling kompleks sendirian, dan bermuka sedih itu adalah hal yang gak wajar. Gue tinggal di Depok, di daerah yang gak banyak anjing liar. Mungkin kalau gue tinggal di Bali, gue gak akan heran.
Kisah mengharukan dimulai dari sini, yang udah follow twitter gue pasti udah tau ceritanya, jadi ssst diem-diem aja jangan jadi spoiler.
Jadi gini, anjing liar ini gue temukan di ujung gang. Menurut para saksi mata, dia pertama kali dipergoki sedang mengikuti tetangga gue yang kebetulan punya anjing juga. Menurut asumsi gue, tetangga gue ini mungkin rada-rada bau anjing, sehingga dia diikuti.
Gue yang sedikit takut anjing, agak merinding juga waktu liat ada anjing liar luntang-lantung keliling komplek kayak pengangguran.
Pada suatu sore, disaat gue baru pulang kuliah, anjing itu menghampiri. Spontan gue ngibrit. Anjing itu langsung menunduk sedih dan menjauhi gue, melanjutkan kegalauannya. Beberapa hari kemudian, dia mencoba mendekati gue lagi, dengan bodohnya gue lari lagi.
Sampai pada akhirnya dia takut sama gue. Dia cuma memandang gue dari kejauhan. Jangan-jangan dia naksir. Oke whatever. Yang pasti mukanya kasian.
Setelah gue perhatikan, ternyata anjing kecil cokelat pendek ini punya kalung. Berarti dia ada yang punya. Gue jadi semakin kasian. Jangan-jangan dia dibuang oleh pemiliknya.
Awalnya, anjing ini sehari-harinya nongkrong di carport depan rumah gue. Duduk aja sambil memandang bulan. Lama-lama dia pindah ke rumah tetangga depan. Gue gak sempet ngobrol sama dia kenapa dia pindah. Tapi menurut analisa gue, dia pindah karena rumah gue udah dijajah sama lusinan kucing liar.
Beberapa hari kemudian, Bokap ngobrol sama tetangga. Dia bilang, anjing ini bukan anjing liar. Ada rumah pemiliknya di beberapa blok yang agak jauh. Pada suatu hari, tetangga gue itu mengikuti kemana si anjing pergi. Anjing itu selalu berhenti di depan rumah kosong. Setelah itu, tetangga gue jadi penasaran. Ternyata anjing ini ditinggal sama pemiliknya. Kata orang-orang, pemiliknya udah pindah tapi anjingnya gak dibawa.
Sejak saat itu, tetangga gue yang memang selalu punya stok makanan anjing selalu memberi dia makan. Anjing coklat ini sekarang udah gak terlantar lagi. Anehnya, sekarang anjing itu berteman dengan 12 kucing komplek. Gue sering memergoki salah satu kucing, si cemong, dan beberapa kucing lainnya mendekati dia tanpa takut.
Melihat ini semua, gue menyadari bahwa gak ada alasan buat takut sama anjing ini. Anjingnya baik, gak pernah menggonggong. Dia mendekat cuma ingin main.
Beberapa minggu ini, gue sering main sama dia. Ekornya bergerak-gerak senang.
Mungkin dibalik kesenangannya dia masih sering merindukan majikan lamanya. Ada satu hal yang gue gak paham. Kenapa anak anjing sebaik dan selucu ini harus diterlantarkan begitu saja oleh pemiliknya. Anjing itu hewan setia. Dia mencintai majikannya. Sedangkan kucing, dia mencintai rumah majikannya. Makanya rumah gue jadi peternakan kucing kayak sekarang.
Pelajaran yang bisa gue ambil, manusia itu terkadang semena-mena. Mereka gak tau apa yang makhluk hidup lain rasakan jika ditinggalkan. Manusia juga gak segan meninggalkan orang lain dengan semena-mena kan? Kenapa begitu ya?
Gue juga baru sadar ada keanehan dari anjing ini. Dia gak pernah menggonggong. Apa jangan-jangan dia bisu? Dan sengaja ditinggalkan pemiliknya karena dianggap gak berguna? Well gue gak tau persis.
***
Oh iya, gue ada beberapa foto mereka nih
Kucing dan 3 anaknya. –__- Di foto kedua emaknya memandang sinis. Tenang bu Kucing, anak lo gak bakal gue goreng, gue gak suka daging kucing.
Si Cemong yang merupakan ketua geng kucing komplek. Di foto kedua dia lagi jaga malem. Dia gak mau kalah gaul sama satpam komplek.
Last but not least, anjing cokelat pendek, yang setelah sekian lama gue pertimbangkan namanya “Guguk”. Please, jangan bilang kalo gue gak kreatif.
Kata Molly, “asiiiiiiiiik aku punya temaaaaaaan!”
Damn. Hewan liar akan sangat berbahaya kalau deket Molly, nanti mereka diajak berjudi dan minum-minuman keras di pub. Belom lagi kalau dia mulai mengajak mencuri makanan.
Btw, itu spaghetti gue! ergghhh –____-
by Facebook Comment